masih hidup, belum mati…

Mari kita melompat jauh ke depan. Bukan meramalkan kapan kita akan mati, tapi kita pasti mati. Titik, tamat, selesai, mati, semua memiliki arti berhenti dari sesuatu atau akhir dari sesuatu. Sebuah titik dalam kalimat, bisa dilanjutkan lagi dengan membuat kalimat baru. Sebuah tulisan tamat pada film, produser akan memberikan modal bagi sutradara untuk menggarap film lagi. Sebuah kata selesai pada hubungan pacaran, bisa dimulai dengan mencari pacar baru.  Kata mati yang ditujukan pada ciptaan manusia, bisa kita kendalikan seperlunya. Tombol on/off pada remote AC atau TV dapat dipencet-pencet hingga akhirnya cemet dan benar-benar rusak, maka berakhirlah fungsi dari remote itu. Semua ciptaan manusia yang rusak pasti akan mati tapi bisa diperbaiki. Kalau ciptaan Sang Pencipta yang rusak dan mati? Ya sudahlah. Memang takdir manusia dan sejenisnya yang bisa bernafas diciptakan untuk mati. Apakah lalu akan menjadikan hidup ini percuma?

Tubuh kita seperti mesin. Semakin lama semakin rapuh, semakin tua semakin mahal (semacam mobil antik), semakin berumur semakin memerlukan perawatan. Hingga nanti turun mesin dan sayangnya, belum ada toko onderdil yang menyediakan cadangan itu. Fungsi organ tubuh boleh seperti mesin, tapi kehidupan? Mesin memang memberi hidup pada benda mati. Tanpa mesin, mobil hanya seonggok besi yang akan berkarat. Tanpa mesin, pesawat hanya kerangka yang indah. Tanpa mesin, kapal laut akan dimakan samudera. Barang – barang yang terbuat dari seperangkat kawat, besi, dan baja itu memang hidup tapi tidak memiliki kehidupan. Apalah tahu saya tentang kehidupan dibanding para upper age yang saya hormati. Yang saya tahu kehidupan ini harus indah meskipun dililit hutang, kehidupan ini harus penuh dengan cinta meskipun terasa sia-sia, kehidupan ini harus penuh warna ketika yang tampak hanya abu-abu, kehidupan ini tidak boleh berjalan flat karena banyak yang bisa kita lakukan, kehidupan ini harus penuh dengan kejutan yang membuat irama jantung memainkan musik dangdut. Kehidupan ini harus bisa mewarnai kehidupan orang lain.

Kehidupan ini hanya berlangsung satu kali! Usia panjang adalah bonus untuk kita lebih lama lagi menikmati pemberianNya. Kematian datang seperti pencuri. Dia mengambil yang paling berharga dan melukai yang kita cintai. Saya pernah berpikir, tidak ada yang lebih kuat daripada kematian. Kematian membuat segalanya selesai, tamat. Otak apatis yang berpikir bahwa semua yang dilakukan didunia ini akan sia – sia dan habis karena kematian (pikiran bodoh itu datang saat saya dalam lowest point). Sekali lagi, apalah tahu saya tentang kehidupan. Apa yang kita tinggalkan pada saat mati nanti? Warisan (semoga bukan warisan hutang)? Baju, sepatu, tas, aksesoris (yang harganya nggak masuk akal)? Saya ingin meninggalkan kenangan dan warna pelangi bagi mereka yang mengisi hidup saya. Sekedar tahu nama saya dan ikut mendoakan sudah lebih dari cukup. TITIK, SELESAI, TAMAT, (belum mati).

Leave a comment